- Perintah Rukyah
Puasa diwajibkan manakala berhasil melakukan rukyat atau melihat bulan:
صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فإن غم عليكم فأكملوا عدة شعبان ثلاثين (رواه البخاري ومسلم والنسائي عن أبي هريرة)
Nabi bersabda: “Berpuasalah karena melihat hilal dan akhiri puasa karena melihat hilal. Jika terhalang maka sempurnakan Sya'ban 30 hari” (HR al-Bukhari, Muslim dan an-Nasai dari Abu Hurairah)
- Sahabat Melakukan Rukyat
عن ابن عمر قال تراءى الناس الهلال فأخبرت رسول الله أنى رأيته فصامه وأمر الناس بصيامه .
Ibnu Umar berkata bahwa “para sahabat berupaya melihat hilal. Lalu saya kabarkan kepada Rasulullah bahwa saya melihatnya. Lalu Nabi berpuasa dan memerintahkan umat Islam berpuasa” (HR Abu Dawud, al-Baihaqi dan al-Hakim, ia menilainya sahih)
- Hisab Untuk Puasa dan Hari Raya
Di masa Tabi'in sudah dikenal ada pendapat menggunakan hisab atau astronomi:
وروي عن بعض السلف أنه إذا أُغْمِيَ الهلالُ رجع إلى الحساب بمسير القمر والشمس وهو مذهب مطرف بن الشخير، وهو من كبار التابعين (بداية المجتهد - ج ١/ ص ٢٢٨)
Diriwayat dari sebagian ulama Salaf “bahwa jika hilal terhalang oleh mendung, maka dikembalikan kepada ilmu hisab (astrologi). Ini adalah madzhab Mutharrif bin Syikhir, salah satu Tabiin senior” (Bidayat al-Mujtahid 1/228)
Dengan demikian ilmu Hisab bukan ilmu baru untuk dijadikan pedoman menentukan bulan, bahkan yang mengamalkan ilmu hisab adalah salah satu pendapat dalam madzhab Syafiiyah:
الشافعية قالوا : يعتبر قول المنجم في حق نفسه وحق من صدقة ولا يجب الصوم على عموم الناس بقوله على الراجح (الفقه على المذاهب الأربعة - ج ١ / ص ٨٧٣)
Kalangan Madzhab Syafiiyah berkata “Pendapat ahli hisab dapat diterima bagi dirinya sendiri dan orang yang percaya padanya. Orang lain tidak wajib puasa berdasarkan pendapat yang kuat” (Madzahib al-Arba'ah 1/873)
- Wajib Mengikuti Itsbat [ketapan] Pemerintah
قال سهل بن عبد الله التستري أطيعوا السلطان في سبعة ضرب الدراهم والدنانير والمكابيل والأوزان والأحكام والحج والجمعة والعيدين والجهاد (تفسير القرطبي ٥ / ٢٥٩ والبحر المحيط لأبي حيان الأندلسي ٣ / ٦٩٦)
Sahal bin Abdillah al-Tusturi berkata: "Patuhilah pemerintah dalam 7 hal: Pemberlakuan mata uang, ukuran dan timbangan, hukum, haji, salat Jumat, dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dan jihad" (Tafsir al-Qurthubi V/259 dan Abu Hayyan dalam al-Bahr al-Muhith III/696)