Lailatul Qadar
Kembali ke Daftar Isi
(لَيْلَةُ القَدْرِ) أي القَضَاءِ والحُكْمِ بِالأُمُوْرِ سُمِّيَتْ بِهِ لِعَظْمِ مَنْزِلَتِهَا وَقَدْرِهَا وَشَرَفِهَا وَلِمَا تَكْتُبُهُ فِيْهَا المَلَاىِٔكَةُ مِنَ الْأَقْدَارِ التي تَكُوتُ مِنْهَا إلى السَّنَةِ القَابِلَةِ (فيض القدير - ج ٢ / ص ١٩٩)
“al-Qadr artinya adalah keputusan hukum terhadap sesuatu, karena besarnya kedudukan dan kemuliaan malam tersebut, dan karena dimalam tersebut Malaikat menulis takdir-takdir yang terjadi di malam tersebut sampai 1 tahun ke depan” (Faidl al-Qadir Syarah al-Jami' ash-Shaghir 2/199)
Sejarah Lailatul Qadar
عن عليِّ بن عُرْوَة قال: ذَكَرَ رسول الله صلى الله عليه وسلم يَوْمًا أربعةً مِن بَنِي إسرائيل، عَبْدُوا الله ثَمَانِيْنَ عَامًا، لَمْ يَعْصُوْهُ طَرَفَةَ عَيْنٍ: فذكر أيُّوْبَ، وزَكَرِيَّا، وَحِرْقِيْلَ بن العَجُوزِ، ويُوْشَعَ بْنُ نُونٍ قال: فَعَجَبَ أصْحَابُ رسول الله صلى الله علبه وسلم مِنْ ذلك، فَأَتَاهُ جِبْرِيْلُ فقال: يا محمدُ، عَجِبَتْ أُمَّتُكَ من عِبادةِ هَؤُلَاءِ النَّفَرِ ثَمَانِيْنَ سَنَةً، لَمْ يَعْصُوْهُ طَرَفَةَ عَيْنٍ، فقد أنزل اللهُ خيرا من ذلك. فَقَرَأَ عَلَيْهِ: { إنا أنزلناه في ليلة القدر وما أدراك ما ليلة القدر ليلة القدر خير من ألف شهر } هذا أفضلُ مِمَّا عَجِبْتَ أَنْتَ وَأُمَّتُكَ. قال: فَسُرَّ بذلك رسول اللهِ صلی الله عليه وسلم والناسُ معَهُ (تفسير ابن كثير - ج ٨ / ص ٤٤٣)
Diriwayatkan bahwa Rasulullah suatu hari menceritakan 4 orang dari Bani Israil yang menyembah Allah selama 80 tahun, yang tidak pernah berbuat maksiat sekejap matapun, yaitu Ayub, Zakariya, Hizqil bin 'Ajuz dan Yusya' bin Nun. Maka para sahabat mengagumi hal itu. Kemudian datanglah Jibril kepada Nabi dan berkata: “Wahai Muhammad, umatmu kagum dengan ibadah selama 80 tahun, yang tidak pernah berbuat maksiat sekejap matapun. Kemudian Allah menurunkan yang lebih baik dari ibadahnya orang Israil tersebut. Kemudian Jibril membacakan kepada Nabi: “.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (al-Qadr: 1-3) Ini lebih utama dari pada yang dikagumimu dan umatmu”. KemudianR asulullah dan sahabat merasa senang dengan hal itu” (Tafsir Ibnu Katsir 8/443)