METODE KEDUA : MENDIDIK DENGAN QUDWAH HASANAH (TELADAN YANG BAIK)
Qudwah (keteladanan) itu lebih gamblang, lebih mengena daripada ribuan nasehat. Hal ini pun telah ditunjukkan oleh Nabi di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim Nabi bersabda :
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Tidak ada anak yang dilahirkan kecuali berada di atas fitrah (keadaan suci beriman kepada Allah). Namun kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Keluarga adalah pembentuk mendasar bagi kepribadian anak, karena anak secara tabiatnya senang meniru (muhâkah) dan mencontoh (taqlid) segala apa yang dilihatnya, sementara mencontoh itu sendiri merupakan bagian dari at-Tathowwur adz-Dzâtî (pengembangan diri).
Orang yang paling dekat dengan anak di dalam memenuhi wataknya adalah kedua orang tuanya. Karena itu, anak sejatinya merupakan bagian dari upaya orang tuanya.
Segala bentuk perilaku orang tuanya ditiru dengan tanpa dirasa, jika yang mendidik senang mengaji Al-Qur'an, shalat berjamaah, suka membaca buku/kitab, bersilaturrahim, penyabar dermawan (suka bershidaqoh), dan lainnya maka anaknya juga akan sama. Begitu juga apabila orang tuanya suka marah-marah, berbicara kotor, dan semua perilaku buruk, maka jangan harap anak-anaknya bisa berperilaku baik.
Ajaklah anak-anaknya shalat bersama, belajar bersama, ngaji bersama, dan sesekali bawalah ke toko buku/kitab untuk mengajarinya mencintai ilmu.
Saat orang tua bebergian, jangan hanya diberi oleh-oleh mainan atau makanan saja, orang tua juga perlu memberi oleh-oleh buku gambar, pensil, at-tanzil, buku doa-doa dan semacamnya.
Dengan begitu, disamping ahli ibadah, berperilaku baik, anak-anak akan juga senang memaca, menulis dan menggali ilmu pengetahuan.