Kami telah menyebutkan sebelumnya bahwa diutusnya Rasul sangat dibutuhkan. Karena akal semata tidak mampu memandu manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, sekalipun Allah menganugerahkan kemampuan khusus untuk itu. Pada pasal ini, kami ingin menjelaskan kepada Anda tentang tugas dan peran para rasul. Setiap penganut agama meyakini akan adanya Allah, Sang Maha Pencipta alam berikut benda-benda yang ada padanya. Baik benda itu benda hidup maupun benda mati yang pada hakikatnya berkata, “Sesungguhnya aku ada tidak dengan sendirinya, melainkan diadakan oleh Zat Maha Pencipta”.
Semua mengakui adanya Zat Maha Pencipta, tetapi akal tidak mampu mengetahui hakikat Zat Maha Pencipta tersebut. Salah satu ciptaan Zat Yang Maha kuat yang sangat mengagumkan adalah manusia yang memiliki kemampuan berpikir. Tatkala kemampuan mereka tumpul, tidak dapat mengetahui hakikat dari Zat Maha Pencipta dan ketika dirinya ingin berhenti dari keletihan dalam mencarinya, mereka menyandarkan dirinya pada batas pencarian yang mereka capai yaitu menentukan siapakah Maha Pencipta tersebut, bagaimana sifat sifat-Nya. Mereka menentukan-Nya melalui kaidah-kaidah agama yang dengannya mereka dapat mengenal Zat Maha Pencipta. Padahal semua itu tidak sesuai dengan hakikat dan kenyataan yang sesungguhnya.
Silahkan klik gambar, lalu pilih tab baru untuk memperjelas makna- Hikmah Para Rasul |
Para penganut agama majusi meyakini bahwa Zat Yang Maha Agung adalah api sehingga mereka menyembahnya. Para penganut ajaran paganisme memandang berhala adalah Zat Pencipta (Tuhan) yang dimaksud sehingga mereka menyembahnya. Penganut agama lain mempercayai bintang-bintang sebagai Zat yang dimaksud, mereka pun menyembahnya. Penganut ajaran lain juga punya keyakinan lain berbeda dalam hal ini.
Tuhan, Zat Maha Pencipta tidak seperti semua yang disebutkan di atas. Tuhan Zat Maha Pencipta tidak dapat dilihat dengan mata kepala dan tidak bisa diraba. Dia adalah Zat yang tidak mampu dijangkau oleh kemampuan manusia. Seperti itulah, beragam keyakinan untuk mengenal Allah, Zat Maha Pencipta senatiasa muncul dan berkembang.
Karena mengenal Zat Maha Pencipta merupakan kewajiban pertama dan utama bagi manusia, tugas yang mula-mula ditunaikan para rasul sebelum tugas lainnya adalah membimbing manusia untuk mengenal-Nya dan menyifati-Nya dengan sifat-sifat yang mendekatkan kepada pemahaman mereka tanpa mengada ada atau dipaksakan sampai puas dengan makna tauhid melalui cara paling praktis.
Silahkan klik gambar, lalu pilih tab baru untuk memperjelas makna - Hikmah Para Rasul |
Tugas kedua dari para rasul adalah mengingatkan mereka tentang kemaha-agungan dan kemahakuasaan Zat Maha Pencipta tersebut. Juga memperkenalkan kepada mereka sifat-sifat yang wajib, yang mustahil dan yang boleh bagi Allah, Maha Pencipta. Bahwa Dia Maha kuasa, dapat memuliakan siapa saja yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa pun yang Dia inginkan. Dia pasti memberi balasan terhadap setiap amal perbuatan manusia.
Tugas ketiga adalah memerintahkan manusia agar memiliki akhlak mulia dan sifat-sifat utama. Akhlak mulia dan sifat utama ini manfaatnya ada yang kembali kepada manusia sendiri. Seperti sifat jujur, menjaga lidah, menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan dan sejensinya. Ada pula yang bisa dirasakan oleh orang lain, seperti dermawan, membantu orang yang memerlukan bantuan, mencegah kezaliman, memberi fakir miskin dan sejenisnya. Termasuk dalam hal ini adalah sifat berani, menjaga kesucian diri dan sifat-sifat terpuji lainnya. Para rasul diutus untuk menjelaskan kepada mereka tentang semua itu dan tentang beragamnya nikmat Zat Maha Pencipta, serta untuk memberi kabar gembira akan besarnya nilai pahala dan ancaman kepada mereka akan pedihnya siksaan.
Silahkan klik gambar, lalu pilih tab baru untuk memperjelas makna : Hikmah Para Rasul |
Tugas para rasul yang keempat adalah mengajari umat manusia tentang tata-cara penghambaan kepada Allah dengan segala bentuknya sebagai wujud pengagungan terhadap-Nya. Hati selalu hadir dan penghambaan terlaksana dengan sebaik-baiknya. Sementara jiwa pun terhindar dari hal-hal yang tidak berguna, tunduk kepada Penciptanya, patuh kepada Zat Mahakuasa dan tidak terus-menerus dalam kesesatan.
Tugas kelima adalah menetapkan hukuman dan sangsi-sangsi (hudud) yang harus diwaspadai seseorang dalam muamalah. Sepeti hukuman bagi pezina, potong tangan bagi pencuri, had/hukuman bagi pemabuk dan yang menuduh orang lain berzina dan membedakan yang halal dari yang haram. Dengan semua ketentuan itu, darah tidak mudah ditumpahkan, wanita tidak ditiduri begitu saja, juga uang satu sen pun tidak diambil kecuali dengan cara yang halal. Demikian seterusnya. Kaidah-kaidah ini diadakan demi tegaknya keadilan sehingga keamanan tercipta di tengah-tengah masyarakat luas.
Tugas keenam, menjelaskan kepada manusia tentang jalan lurus yang harus dilalui manusia dan menyuruh mereka agar menapakinya dalam kehidupan ini sebagaimana menyuruh manusia untuk beraktivitas berikut manfaatnya, yang tidak didapat oleh pemalas. Sampaikanlah seperti itu. Bahwa jika setiap manusia bekerja dalam hidup ini, pasti akan hidup bahagia dan diridhai.
Silahkan tahan gambar, lalu pilih tab baru untuk memperjelas makna |
Jika Anda telah memahami apa yang kami sampaikan ini, Anda akan paham bahwa tugas Rasul bukan mengajari teknik atau tata cara membuat suatu barang atau menggali barang tambang dari perut bumi atau bercocok tanam,
Silahkan klik gambar, lalu pilih tab baru untuk memperjelas makna : Hikmah Para Rasul |
Atau hal serupa yang dikerjakan langsung oleh para pekerja. Tugas Rasul adalah mengarahkan mereka kepada amar makruf nahi mungkar dan menjelaskan tentang jalan kebaikan yang harus dijalani dan jalan keburukan yang mesti dijauhi.
Silahkan klik gambar, lalu pilih tab baru untuk memperjelas makna : Hikmah Para Rasul |
Kini Anda tahu tentang hakikat tugas rasul. Jika ada keterangan dari mereka, seperti tentang astronomi atau bentuk bumi, tujuannya agar kita berpikir tentang kemaha-agungan Allah dan merenungi ciptaan-Nya untuk memantapkan keyakinan kita tentang adanya Zat Maha Pencipta sehingga mendapatkan kemaslahatan di dunia dan akhirat sekaligus. Para rasul menyeru manusia dengan bahasa yang sangat mudah. Sebab jika tidak begitu, akan lenyaplah hikmah dan manfaat diutusnya mereka kepada umat manusia.
Intinya, agama tidak boleh menjadi penghalang antara jiwa dengan pemahaman dan kesiapan menerima ilmu yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia tentang hakikat beragam hal yang dapat dijangkau oleh kemampuan yang dimiliki. Karena ia bermanfaat untuk kelurusan perilaku manusia menyangkut kehidupan duniawi maupun ukhrawinya. Untuk itu, Allah Pemilik syariat Yang Maha adil menyuruh kita untuk mengkaji dan meneliti melalui dalil-dalil dan argumentasi dengan tanpa melewati batas, demi untuk menjaga keyakinan yang benar dan tujuan yang mulia. Pena dan curahan pikiran berakhir di sini. Padahal topik ini sungguh sangat urgen untuk dijelaskan lebih dalam lagi.
Silahkan klik gambar, lalu pilih tab baru untuk memperjelas makna : Hikmah Para Rasul |